Megapai Hidayah Dengan Berkah Badai Dalam Kehidupan

 

Arti ketenagan hati 

Badai yang melanda hidupku tidak hanya membawa hujan dan angin kencang, namu juga membawa aku kepada diriku yang sebenarnya. Kembali ku langkahkan kaki di ufuk mentari meski senyum kecut pedis menyelimuti ya itulah kiasan yang terus menguatkan langkah kaki dan hati yang hancur kaena kerasnnya dunia dan tuntutan kehidupan.

Tahun ini adalah tahun dimana untuk kesekian kalinya aku dituntut untuk menerima dan memahami sistematik kerja takdir dari Allah SWT. Dan tahun ini tahun 2025 merupakan tahun ke tiga dari gagalnya saya menaklukan waktu, sering aku sampaikan kepada orang lain yang selalu berkeluh kesah kepadaku tentang hidupnya, bahwa kita harus bisa menaklukkan waktu dan jangan kita yang ditakukan oleh waktu namun kenyataannya semua itu tak semudah membalikan telapak tangan , berulang kali berucap kata-kata itu justru menjadi sentilan kecil yang megoreskan ingatan ke masa lalu yang belum usai. Dan tanpa ku sadari jugan menjadi sugesti Yang membuat hati terus bertanya apakah hatiku baik-baik saja ataukah sedang jauh dari kata baik yang tak pernah disadari oleh ego.

Seiring berjalannya waktu dari kisah-kisah kehidupan yang ku degar dan ku hadapi itu membuatku sadar akan arti sebuah sabar dan ikhlas walau terkadang ego berucap lain namun hati dan pikiran terus ku paksa untuk menerima takdir yang telah Allah gariskan dengan berpedoman Percaya pada takdir buruk dan baik itu menguatkan hati dan piriran tuk berpijak berlandaskan pada kata iman dan takwa.

Perlahan ku toleh kebelakan jauh ku teropong masalalu sebelum beranjak dewasa, bahagiannya anak kecil ketika bermain dimana saat itu kita tidak memikirkan tentang tanggung jawab dan beban kehidupan dan gaya hidup disitulah megapa kita bisa sebahagia itu tanpa memikirkan apa yang akan terjadi esok dan lusa, namu waktu megajak kita tuk menatap jauh ke depan dimana massa depan itu selalu menjadi misteri yang tak pernah bisa ditebak oleh siapapun. Benar dan yakin takdir Allah sudah tertulis sejak kita belum dilahirkan akan tetapi kodrat manusia yang selalu diliputi rasa was-was terhadap sesuatu itu lah yang menyebabkan manusia cenderung merasakan kehawatiran yang berelbihan sehingga tidak mamu megontrol diri, hal tersulit yang ku hadapi dalam kehidupan ini ialah menata hati, berulang kali waktu berbicara membuktikan kuasa Allah itu nyata namu berulang kali pula rasa khawatir itu menyelimuti hati yang entah sampai kapan akan berahir.

Perjalan kehidupan tak semulus pandagan orang lain bisa jadi yang kita irikan justru itu adalah hal yang tidak baik untuk kita, porsi rezki dan takdir manusia sudah diatur dan hanya bisa diubah dengan do’a dan ihtiyar.

7 september 2013 merupakan hari wisudawan dan wisudawati berkumpul tuk menerima gelar sarjana secara terbuka, inilah awal dari sebuah perjuangan dengan memakai gelar sarjana yang kata kebanyakan orang akan mudah mendapatkan kehidupan yang layak, so semua itu kita kembalikan lagi pada takdir Allah sebab jika sesuatu itu bukan untuk kita sekeras apapun usaha kita semua itu tidak akan perah menjadi milik kita dan begitu pula dengan rezki, rezki itu ada yang harus kita jemput dan ada yang datang sendiri untuk itu Rasullulah megajarkan kita untuk selalu berdo’a dan berusaha sebagai betuk ihtiar tuk mencari ridho Allah SWT. Diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, Rasulullah pernah ditanya mengapa ia bertawakal tetapi tidak menambatkan untanya. Beliau menjawab, "Ikatlah terlebih dahulu (untamu) kemudian setelah itu bertawakallah". Hadis ini mengajarkan bahwa tawakal bukanlah berarti meninggalkan pekerjaan atau usaha, melainkan mendahulukan ikhtiar kemudian baru berserah diri kepada Allah. Begitu pula firman Allah yang memerintahkan manusia untuk selalu ihtiar. Dalam QS. Ar-Ra'd ayat 11 Allah bergirman yang artinya : "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri". Ayat ini menegaskan bahwa perubahan takdir dapat dicapai melalui ikhtiar atau usaha yang dilakukan oleh hamba-Nya. 

10 tahun telah berlalu dari massa itu seiring berjalannya waktu perjalanan kehidupan duniapun tak berhenti berkembang, ketika nyaman di suatu instansi badai kehidupan mulai menyapa kembali saat itu terjadi badai datang tanpa peringatan seperti gelombang yang megulung ditengah lautan tak melihat ada dan tidaknya peghalang yang mampu meghalaunya akan tetap menerjang, satu hal yang menjadi pegingat dan peguat hati yakni iman kepada Allah, ditegah usia dewasa ini terkadang kita melupakan hal yang penting begitu pula dengan diri ini yang sempat hilaf akan dunia yang meghalalkan segala cara untuk mendapatkannya, ditengah- tengah rasa was-was terlintas dalam sanubari tuk kembali meminta pelukan dan dekapan Allah yang sempurna inilah cara Allah memaggilku, hanya kata maaf yang mampu ku lisankan sebagai ungkapan peyesalan atas lalainya aku sebagai manusia biasa yang sangat dan akan selalu membutuhkan sang penciptaku.

2 tahun setelah kepulagan bapakku kehadapan Allah SWT dan di tengah-tengan perjuangan tuk membiayayi study sibungsu aku masuk dalam jeratan bisikan yang mejeruskanku kesebuah kesalahan yang bebalutkan takwa karna sunah Rasulullah namu setelah ku sadari dan ku pelajari kembali dengan kehdiran guru-guru kehidupan yang Allah kirimkan untukku aku menyadari satu hal dimana aku megambil jalan yang salah karena kurangnya faham ilmu agama begitulah cara Allah memberikan hidayah padaku.

Perjalanan mencari secerca cahaya dalam kehidupanku baru dimulai dengan bertubi-tubi bencana dan permasalahan hidup yang menimpaku kini saatnya bersandar hanya kepada Allah SWT. Begitu caraku tuk mulai belajar menata hati yang sudah lelah dengan kehidupan dunia merasa ditinggal oleh dunia, tidak mendapatkan keadilan yang membuat saya merasa bahwa sila ke 5 dari panca sila telah hilang ataukan aku memang bukan warga negara indonesia yang tak punya hak untuk mendapatkan lagi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Terlepas dari hal yang telah terjadi aku mengigat firman Allah dalam penggalan dari surah At-Taubah ayat 40, la tahzan innallaha ma'ana yang berarti "Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita". Kalimat ini merupakan bentuk penghiburan dari Allah SWT untuk mengingatkan hamba-Nya bahwa Allah tidak akan meninggalkan mereka dalam kesedihan, serta bahwa ujian yang diberikan tidak akan melampaui kemampuan hamba-Nya. Begitulah caraku meghibur diri ditengan badai kehidupan yang belum usai dan aku menyadari bahwa inilah cara Allah mencintai hamba-Nya yang pernah kehilangan arah, begitu pula cara Allah megigatkan kita bahwa semua akan baik-baik saja ketika hati kita percaya dan bersandar hanya kepada Allah SWT. Salamun qaulan mirrabbirrohim ayat ke-58 dari Surat Yasin yang berarti "Salam sejahtera" sebagai ucapan dari Tuhan Yang Maha Penyayang. Ayat ini merujuk pada ucapan selamat dan penghormatan yang diterima oleh para penghuni surga dari Allah SWT.

Semoga kita semua bisa termasuk kedalamnya yang mendapatkan salam dari Allah SWT aamiin ya robbalalamin. Bagi yang sedang berjuang kita semua sedang berjuang dengan jalan dan fersi masing-masing sesuai dengan perannya yang telah Allah takdirkan.  

Belum ada Komentar untuk "Megapai Hidayah Dengan Berkah Badai Dalam Kehidupan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel